TEMA
1 :CINTA KASIH MENURUT AGAMA DAN NEGARA
CINTA MENURUT AGAMA ISLAM
Kata
cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya
memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi.Sebagaimana dalam
surah Ali Imram (14) :
“Dijadikan
indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini
Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik
manusia beriman maupun manusia durjana.
Menurut
hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan
menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an katsura dzikruhu),
kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai'an fa
huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :
1. lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
2. lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
3. lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
1. lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
2. lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
3. lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
=> Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan "nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya disbanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin(Q/12:33)
7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi
8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
èMacam-Macam Cinta Menurut Ajaran Agama
Untuk
mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan
kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta
tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak
menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti)
definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.”
Menurut Islam
Di antara para
ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi
empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul
Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam,
yaitu:
1.
Cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya,
dengan dalil ayat dan hadits di atas.
2.
Cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah
berfirman, “Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai
tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut
seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
3.
Cinta maksiat.
Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan
apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya.
Allah berfirman, “Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang
sangat.” (Al-Fajr: 20)
Cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri,
harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta
tabiat. Allah berfirman
dalam surat Yusuf ayat 8
,“Ketika mereka
(saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih
dicintai oleh bapak kita daripada kita.”
Bagi
seorang muslim dan beriman, cinta terbesar dan cinta hakiki ialah cinta kepada
Allah. Bentuk cinta dapat kita wujudkan dalam berbagai rupa tanpa batas ruang
dan waktu dan kepada siapa atau apa saja asalkan semuanya bersumber dari
kecintaan kita kepada Allah dan karena menggapai ridha-Nya.
Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)
Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)
“Tali iman yang
paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At
Tirmidzi)
Cinta Sejati
menurut Islam:
1.Tidak rela yang
dicintai menderita
2.Rela berkorban
apapun demi yang dicintai
3.Memenuhi segala
keinginan dari yang dicintai
4.Tidak pernah
memaksakan kehendak kepada yang dicintai
5.Berlaku sepanjang
masa
Cinta tersebut
hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah
syarat-syarat berikut:
6.Cintanya tersebut
karena Allah S. W. T.
7.Harus memenuhi
segala aturan yang dibuat oleh Allah S. W. T.
8.Sex bukanlah
cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan
hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi
9.Cinta bukan uang
atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
CINTA MENURUT NEGARA
Cinta adalah kemauan bebas. Setuju?
Nah, maka, dan oleh karena itu, cinta yang dipaksakan
adalah sebentuk penjajahan. Dan, menurut Undang-Undang Dasar 1945, penjajahan
harus dienyahkan dari muka bumi.
Bukan main-main pula klausul tentang hal ini. Dia ada di
bagian Preambule, Pembukaan — bagian yang dianggap teramat sakral bagi
eksistensi negara ini; bagian yang sama yang memuat sila-sila Pancasila. Bunyi
lengkapnya, saya kutip, adalah seperti ini:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” (Alinea Pertama UUD 1945)
Nah, maka, dan oleh karena itu, pemaksaan cinta adalah
pelanggaran hukum yang teramat berat di negara ini karena ia melanggar sumber
hukum dari segala hukum yang berlaku di negara ini. Lebih dari itu, ia
melanggar HAM (hak asasi manusia) dan merupakan bentuk penganiayaan yang paling
nyata karena — seperti kata kutipan tadi — “tidak sesuai dengan … perikemanusiaan”
Oleh karena itu, wahai para muda, jangan pernah melakukan
pemaksaan cinta, apalagi mencinta karena terpaksa, karena itu pelanggaran hukum
dan pelanggaran HAM yang berat.
Contoh hubungan
yang baik antar manusia
Orang tua mencintai dan mengasihi anaknya dengan sangat
tulus. Mereka merawat anaknya dari kecil sampai dewasa. Mereka tidak pernah
mengeluh mengajarkan anaknya segala sesuatu, dari belajar jalan, bicara, sampai
mengajarkan anaknya mengenai menyelesaikan suatu masalah. Orang tua tidak
pernah meminta imbalan apapun dari anaknya, melihat anak bahagia merupakan
kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Seorang anak pun harus berbakti kepada orang tua. Ini
merupakan suatu bentuk terima kasih anak kepada orang tua. Seorang anak pun
berusaha membahagiakan orang tuanya dengan segala hal walaupun semuanya tidak
akan dapat membalas kebaikan serta cinta tulus dari orang tua.
Tanggapan:
Cinta dan kasih seperti contoh diatas
sangatlah baik. Seorang anak harus berbakti dan ingat terhadap perjuangan orang
tua. Serta anak harus mencontoh ketulusan hati orang tua. Apabila seorang anak
ingin melakukan sesuatu maka ia harus memina ridho orang tua, karena ridho
Allah swt. Berasal dari ridho nya orang tua. Tetapi perlu diingat bahwa cinta
sejati kita hanyalah ALLAH SWT.
SUMBER:
Tidak ada komentar :
Posting Komentar