animasi  bergerak gif
My Widget
Selamat Datang di Blog Sayaa:)semoga bermanfaat hehehe..

Jumat, 18 Maret 2016

Kantong Plastik Berbayar


Nama : Ela Komala    
NPM   : 12213851
Kelas  : 3EA07

Kantong Plastik Berbayar

Untuk mengurangi sampah plastik, 22 kota di Indonesia menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar mulai 21 Februari 2016 saat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional. Ke-22 kota tersebut adalah Bogor, Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon, Papua, Jayapura, Pekanbaru, Banda Aceh, Kendari, dan Yogyakarta.
Kantong plastik digunakan untuk menunjang aktifitas hidup manusia. Sifatnya yang ringan, kuat, dan kedap air membuatnya menjadi pilihan praktis untuk membawa barang. Terutama barang belanjaan. Namun pemakaian kantong plastik yang tidak terkendali sangat membahayakan lingkungan. Bumi membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk bisa mengurai sampah-sampah yang terbuat dari plastik.
Penggunaan plastik untuk menunjang aktifitas manusia memang semakin meningkat dalam satu abad terakhir. Ratusan juta ton plastik diproduksi dan digunakan manusia di seluruh dunia di setiap tahunnya. Akibatnya, sampah-sampah plastik juga semakin banyak diproduksi umat manusia.
Dalam satu tahun, 1 triliun kantong plastik digunakan oleh dunia. Setiap orang menggunakan sekitar 170 kantong plastik tiap tahun. Ini berarti setiap satu menit-nya 2 juta kantong plastik yang dibuang. Kantong plastik terbuat dari polyethene (PE), suatu bahan thermoplastic yang lebih dari 60 juta ton bahan ini diproduksi setiap tahun di seluruh dunia terutama menjadi kantong plastik.
Untuk memproduksi 1 ton plastik diperlukan 11 barel minyak mentah (BBM). Di negara-negara maju, penggunaan kantong plastik belanja di toko dan supermarket mulai dibatasi dan digantikan dengan kantong kain.
Kantong plastik tergolong “barang sekali pakai” sehingga memperbanyak sampah. Kalau kita belanja bulanan di supermarket, sekali belanja kita akan memakai paling tidak 4 kantong plastik dalam berbagai ukuran. Jakarta menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah setiap hari, yang lebih dari setengahnya adalah sampak non-organik terutama plastik dan kertas. Sampah kantong plastik yang dibuang di Jakarta dapat menutupi 2600 lapangan sepakbola.
Pada pertengahan Februari jumlah sampah plastik di dunia pada tahun 2010, dihitung dari 192 negara, mencapai angka 270 juta ton di tahun tersebut. Tidak hanya terbuang di pemukiman manusia, sampah plastik juga terbuang di lautan di hampir seluruh belahan dunia. Jumlah sampah plastik yang terbuang di lautan mencapai kurang lebih 12,7 juta ton. Indonesia menjadi negara pembuang sampah plastik  di lautan terbesar kedua di dunia setelah Cina. Di Indonesia sendiri, jumlah produksi sampah plastik secara keseluruhan diperkirakan mencapai 26.000 ton per hari.
Kantong plastik baru bisa terurai di alam dalam waktu 500 - 1.000 tahun, sehingga jika tercecer di tanah akan merusak lingkungan, menghambat peresapan air, menyebabkan banjir, dan merusak kesuburan tanah. Pemerintah Bangladesh melarang kantong plastik karena dianggap sebagai penyebab banjir di musim hujan.
Sekitar 3% plastik di dunia berakhir sebagai sampah yang terapung-apung di permukaan air, termasuk di laut yang menyebabkan kematian banyak ikan paus dan penyu karena sampah plastik tersangkut di pencernaan mereka.
Hanya 1% kantong plastik bekas yang dapat didaur ulang, terutama karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digunakan dan tak sebandingnya biaya daur ulang dengan harga jualnya, sehingga hampir semua kantong plastik menjadi sampah. Pemulung saja tidak ingin mengambil sampah kantong plastik!
Untuk memproduksi plastik, setiap tahunnya diperlukan 12 juta barel minyak yang menghasilkan emisi gas rumah kaca cukup besar, ditambah lagi sekarang terjadi krisis minyak yang mengakibatkan melambungnya harga BBM.
Jika kita membicarakan persoalan sampah di perkotaan tidak kunjung selesai. Tingginya kepadatan penduduk membuat konsumsi masyarakat pun tinggi. Di sisi lain, lahan untuk menampung sisa konsumsi terbatas. Ditambah lagi sampah konsumsi warga perkotaan itu banyak yang tidak mudah terurai, terutama plastik. Sampah plastik yang semakin menumpuk menimbulkan pencemaran yang serius. Kondisi ini disadari sebagian masyarakat dengan menumbuhkan upaya pengurangan sampah plastik.
Kondisi ini menjadi salah satu pemicu Indonesia dalam kondisi darurat sampah. Namun, tidak semua masyarakat menyadari kondisi ini.
Jika dirunut, perilaku mengelola sampah plastik cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin banyak yang menyetujui kebiasaan ini. Separuh lebih responden berpendidikan tinggi setuju dengan kebiasaan ini, sedangkan responden berpendidikan menengah di angka sekitas 40 persen.
Hal itu berbeda dengan warga berpendidikan rendah (SLTP kebawah). Responden berpendidikan dasar yang setuju dengan kebiasaan ini presentasenya tidak mencapai 10 persen. 
Kesadaran mengurangi plastik pun terlihat dari sisi usia. Responden berusia muda, yaitu di bawah 35 tahun, cenderung lebih sadar lingkungan. Seperti yang diungkapkan Gigih (20), seorang mahasiswa di Bandung. Ia menyadari kalau kantong plastik merupakan limbah yang harus dikurangi dan dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, setiap kali berbelanja di supermarket, ia sering membawa kantong belanja sendiri. Pengetahuannya soal perlunya menjaga lingkungan kebanyakan diakses dari internet dan pergaulan di kampus.
Pada dasarnya, sebagian besar responden muda setuju dengan perilaku menghemat kantong belanja. Sekitar tujuh dari sepuluh responden muda perkotaan itu bersedia membawa kantong belanja sendiri jika belanja di supermarket. Namun, responden dengan usia lebih senior tampaknya sedikit lebih enggan direpotkan dengan urusan membawa tas kantong sendiri saat berbelanja.
Keengganan ini senada dengan sebagian responden yang tidak mau menghemat kantong plastik. Sekitar 40 persen responden tidak mau membawa kantong belanja sendiri. Alasan yang acapkali disampaikan yaitu ribet dan merepotkan.
Mereka enggan dan malu menenteng kantong sendiri. Selain itu, kebiasaan ini dianggap tidak praktis karena harus membeli kantong belanja khusus. Bahkan, ada anggapan dari beberapa responden jika membawa kantong sendiri takut disangka mencuri.
Dari segi pemanfaatan, kantong plastik yang diperoleh dari warung, toko, dan supermarket pada umumnya dimanfaatkan kembali. Sebagian besar responden memanfaatkan kantong keresek ini untuk kantong sampah sisa-sisa dapur sebelum dibuang ke tempat sampah. 
Selain itu, juga dapat digunakan untuk pembungkus barang dan makanan. Sekitar 77 persen responden melakukan hal tersebut, sedangkan sisanya langsung membuang ke tempat sampah atau dibakar (15 persen).
Ada pula responden yang memanfaatkan plastik keresek tersebut menjadi produk daur ulang seperti untuk barang-barang kerajinan. Namun, tidak banyak responden yang melakukan kegiatan ini, yakni hanya sekitar 8 persen responden.
Di kota besar seperti di DKI Jakarta, Bandung, dan Surabaya yang kebijakan pengelolaan sampahnya sudah maju masih saja dijumpai warga yang belum sadar lingkungan. Masih ada sebagian warganya yang tidak bersedia menghemat kantong plastik.
Responden jajak pendapat yang tinggal di DKI Jakarta ada sebanyak 30 persen, Bandung 26 persen, dan Surabaya 34 persen. Salah satu alasan yang terungkap yaitu mereka menganggap kantong plastik tersebut wajib disediakan oleh peritel. Itu menjadi fasilitas konsumen jika belanja di supermarket sehingga jangan dibebankan kepada masyarakat.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah menerapkan program "plastik berbayar". Program plastik berbayar digunakan pemerintah untuk mengubah perilaku masyarakat yang selama ini dimanjakan peritel dalam hal pembungkus barang belanjaan. Program ini memaksa pembeli di supermarket untuk membayar setiap plastik yang akan dipakai untuk membungkus barang belanjaannya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengusulkan harga yang dikenakan Rp 500 per kantong plastik. Sejumlah Rp 200 dikembalikan kepada konsumen yang mengembalikan "keresek" kepada peritel, sedangkan Rp 300 digunakan peritel untuk kegiatan lingkungan bersama pemerintah daerah. Namun, per kantong plastik bervariasi tergantung kebijakan daerah masing- masing, berkisar Rp 500-Rp 5.000.
Dalam rangka membantu kampanye mengurangi penggunaan kantong plastik, Medco Foundation menggandeng “Gerakan Diet Kantong Plastik” untuk sosialisasi pengurangan penggunaan kantong plastik. Sosialisasi dilakukan di Sekolah Avicenna untuk seluruh Tim Avicenna Peduli Lingkungan.
Dalam sosialisasi tersebut menekankan berbagai macam bentuk pengurangan penggunaan kantong plastik dan styrofoam agar tidak menumpuk menjadi sampah yang membebani lingkungan.  Salah satu caranya adalah dengan membuat t shirt, bags dan manggunakannya sebagai pengganti kantong plastik. Cara lain adalah dengan menggunakan kantong plastik secara berulang.
Jika kita berbelanja di supermarket apabila kita tidak membawa kantong belanjaan masing-masing lebih baik untuk menghindari penggunaan kantong plastik berlebihan, kita dapat menggunakan kardus bekas sebagai pengganti kantong plastik yang biasa kita pakai. Biarkan kasir memasukan barang belanjaan nya seperti susu, beras, minyak goreng dan barang belanjaan menumpuk di dalam kardus itu dan mengikatya dengan tali rafia.
Dengan adanya kebijakan plastik berbayar, diharapkan ada perubahan perilaku konsumen saat berbelanja di pasar modern. Namun, Tulus menilai dengan nominal Rp. 200 per kantong plastik belum akan memberikan efek jera bagi konsumen untuk tidak menggunakan kantong plastik. Oleh karena itu, dia mengharapkan kebijakan itu dievaluasi secara rutin per 3 bulan. “Dengan demikian, penerapan plastik berbayar benar-benar bisa menjadi disinsentif bagi kobsumen. Akan tetapi, dengan tetap memperhatikan aspek daya beli konsumen,” katanya.
Ia juga menekankan pemerintah agar bersikap adil dan seimbang dengan memberikan disinsentif pada produsen dengan tujuan tidak berlebihan dalam mengonsumsi plastik saat melakukan produksi. 
“Produsen harus diwajibkan menarik dan mengumpulkan bekas kemasan plastik di pasaran yang jelas-jelas merusak lingkungan. Produsen juga wajib membuat kemasan dan bungkus plastik yang mudah diurai oleh lingkungan dan bisa digunakan ulang,” katanya. 
Maka dari itu Mari kita selamatkan bumi dengan membawa tas sendiri saat berbelanja ke supermarket atau ke pasar tradisional. Sebaiknya gunakan Tas Ramah Lingkungan yang terbuat dari bahan kain yang dapat didaur-ulang. Bawalah selalu tas ramah lingkungan itu di mobil atau di tas Anda agar selalu tersedia kapan pun Anda membutuhkannya. 
Jika hanya membeli sedikit, tolaklah pemberian kantong plastik dari toko dan masukkan barang belanjaan ke dalam tas Anda sendiri. 
Kurangi penggunaan kantong plastik kresek SEKARANG JUGA Jika belum dapat menghentikan secara total, lakukanlah secara bertahap, misalkan hanya digunakan untuk membuang sampah (menjadi plastik sampah) Jangan jadi “penimbun” dan “kolektor” kantong plastik tak terpakai yang memenuhi rumah Anda. Segera enyahkan dari rumah Anda.
Anjurkan keluarga, teman, dan tetangga untuk mengurangi pemakaian kantong plastik, dengan menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Jadilah “agen” penyelamat lingkungan.
Dengan mengubah kebiasaan kecil, Kita akan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Anda bisa jika Anda mau dan peduli.

Sumber :
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/4015/1/kantong.plastik.berbayar?utm_source=RD&utm_medium=inart&utm_campaign=ktopird
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/02/22/09544681/Kurangi.Sampah.Plastik.Mungkinkah.Mengganti.Keresek.dengan.Kardus.?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=Kaitrd
http://www.pemanasanglobal.net/energi/ada_apa_dengan_kantong_plastik.htm
http://www.medcofoundation.org/diet-kantong-plastik-untuk-lingkungan-sehat/
http://print.kompas.com/baca/2016/01/26/Plastik-Berbayar-Sampah-Berkurang
http://m.tempo.co/read/news/2016/03/03/090750150/plastik-berbayar-efek-jera-pembeli-minimalkan-tas-kresek






Tidak ada komentar :

Posting Komentar